Beradaptasi dengan lingkungan baru/narasiinspirasi.com |
Oleh
Risqi Putra Satria
Ig : rizqiputrasatria
(Putra Bangsa, 18 September 2020)
Hai guys, kali ini kita akan berbagi sedikit tips dan pengalaman tentang bagaimana cara mudah untuk beradaptasi pada kondisi sosial dan lingkungan yang baru. Buat kamu yang mungkin baru pertama kali merantau, pindah lingkungan kerja, memasuki sekolah baru atau bahkan memasuki kampus yang baru, kadang ada yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi.
Baca Juga Virus Korona dan Membunuh Ketakutan
Beradaptasi atau resiliensi ini sangat penting guys, apalagi ketika kita memasuki lingkungan baru yang asing. Terlebih lagi lingkungan yang benar-benar berbeda dan kontras daripada lingkungan kita yang lama. Belajar beradaptasi akan membuat kita kerasan, selaras, dan dapat menyesuaikan diri, bahkan diterima oleh lingkungan baru yang kita masuki.
Sehingga akhirnya kita menjadi nyaman, mampu bertahan, menjadi produktif dan makin berprestasi. Awal-awal masa adaptasi memang akan terasa sulit, tapi perlahan-lahan kita pasti mampu menyesuaikan.
Seperti kata Mbah Darwin, yang dapat bertahan hidup itu bukan yang paling kuat, melainkan siapapun yang mampu beradaptasi. Manusia merupakan makhluk sosial yang pasti melakukan "interaksi sosial". Dalam proses interaksi sosial itulah kita akan beradaptasi.
Apalagi ketika kita berinteraksi sosial di era teknologi digital. Interaksi sosial akan menjadi lebih mudah, karena interaksi sosial tidak lagi hanya terbatas secara fisik, sekali lagi kita pun hanya perlu beradaptasi.
Schoon (dalam Mulyani, 2011) mengutip definisi dari beberapa ahli menyimpulkan bahwa, adaptasi atau resiliensi merupakan proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi adversity (kesulitan) yang akan berperan penting bagi dirinya.
Dengan kata lain sifat adaptif/resilien ini merupakan suatu tindakan individu dalam mencermati suatu hal atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya lalu mentransformasikannya pada proses kehidupan (pergaulan) interaksi sosialnya.
Menurut Wolin dan Wolin (1993) ada tujuh aspek utama yang mendukung kita untuk bisa resiliensi atau adaptasi yaitu:
1) Insight yaitu proses perkembangan individu dalam merasa, mengetahui, dan mengerti masa lalunya untuk mempelajari perilaku-perilaku yang lebih tepat.
2) Independence yaitu kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber masalah (lingkungan dan situasi yang bermasalah).
3) Relationships, Individu yang resilien mampu mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan, memiliki role model yang baik.
4) Initiative yaitu keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya.
5) Creativity yaitu kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan alternatif dalam menghadapi tantangan hidup.
6) Humor adalah kemampuan individu untuk mengurangi beban hidup dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun.
7) Morality adalah kemampuan individu untuk berperilaku atas dasar hati nuraninya. Individu dapat memberikan kontribusinya dan membantu orang yang membutuhkan.
Beradaptasi/narasiinspirasi.com |
Selanjutnya ada 7 faktor yang mempengaruhi sifat adaptif atau resiliens pada diri kita yaitu,
1. Regulasi emosi
Regulasi emosi merupakan kemampuan kita untuk tetap tenang bila mengalami tekanan. Oleh karena itu regulasi diri sangat penting untuk membentuk suatu hubungan (relationship) terhadap orang lain ataupun lingkungan baru.
2. Impulse Control
Faktor ini berhubungan erat dengan regulasi emosi. Karena kuatnya kemampuan seseorang dalam mengontrol dorongan, menunjukkan kecenderungan untuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengontrol emosi. Orang yang mampu mengontrol dorongan dengan baik (secara signifikan) akan lebih sukses secara sosial maupun akademis.
3. Optimisme
Optimis menyiratkan bahwa kita memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mengatasi adversity/masalah (yang mungkin muncul di masa depan).
Optimisme dan Self Efficacy (Efikasi diri) sering berjalan beriringan. Akan tetapi optimisme yang tidak realistis justru akan membuat seseorang mengabaikan ancaman sesungguhnya yang pada dasarnya justru perlu dipersiapkan. Jadi kita selain harus optimis juga harus tetap realistis.
4. Causal analysis
Causal Analysis menunjukkan bahwa kita harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalah secara akurat. Maka dari itu adanya Causal Analysis dapat membantu kita untuk tidak jatuh pada lubang (kesalahan) yang sama.
5. Empati
Empati menunjukkan bagaimana kita harus mampu membaca sinyal-sinyal dari orang lain mengenai kondisi psikologis dan emosional mereka (melalui isyarat nonverbal) untuk kemudian menentukan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Kepekaan terhadap orang lain utamanya terkait kondisi psikologis dan emosional itu penting guys, so kita nih harus jadi orang yang peka.
6. Efikasi diri (Self efficacy)
Efikasi diri adalah kepercayaan diri atau keyakinan seorang individu mengenai kemampuannya untuk melakukan berbagai hal. Mulai dari melakukan tugas, mengorganisir, serta menghasilkan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Kepercayaan diri akan sangat membantu kita.
7. Reaching out
Resiliensi bukan sekedar kemampuan mencapai aspek positif dalam hidup. Reaching out merupakan kemampuan kita untuk mampu keluar dari “zona nyaman” yang dimiliki. Individu-individu yang memiliki kemampuan ini tidak menetapkan batas yang kaku terhadap kemampuan-kemampuan yang mereka miliki.
Mereka tidak terperangkap dalam satu rutinitas, mereka memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal baru, serta mereka mampu menjalin hubungan dengan orang-orang baru dalam lingkungan kehidupan mereka.
Begitulah guys, kita harus mengerti aspek pendukung yang mempermudah kita untuk beradaptasi, dan mengerti pula faktor-faktor yang mempengaruhi sifat adaptif dalam diri kita. Supaya kita menjadi lebih mudah ketika beradaptasi dalam setiap hal.
Oke guys, bukankah menyenangkan ketika kita bisa mengetahui tentang hal-hal menarik yang dapat membantu kita untuk beradaptasi? Terlebih pengetahuan tentang resilien atau sifat adaptif yang mungkin dapat membantu kita dalam beradaptasi dengan situasi dan kondisi (pandemi) saat ini?
Silahkan teman-teman tetap mempertajam kembali nalar kritisnya. Mari kita senantiasa berusaha untuk beradaptasi dan tetap mengembangkan gagasan-gagasan baru di masa yang simpang siur ini untuk menyiapkan masa mendatang yang lebih gemilang. Sekian dari saya, semoga bermanfaat.
Referensi:
Cohive. (2019). Efikasi Diri. https://cohive.space/blogs/efikasi-diri/ diakses Jumat, 18 September 2020 pukul 10.00
Mulyani, N, S. (2011). Resiliensi Daya Tahan Menghadapi Trauma Kehidupan. Medan: USU Press.
Teori Resiliensi dan pengertian resilience. Universitas Psikologi: https://www.universitaspsikologi.com/2020/01/teori-resiliensi-dan-pengertian-resilience.html
Wolin, S. J., & Wolin, S. (1993). The Resilient Self How Survivors of Troubled Families Arise above Adversity. New York Villard Books.