Elya a.k.a Nindria Zalsa
Ig : @nindriazalsa
Note : Bacalah dengan tersenyum
(Malang Sejuk, 19 September 2020)
Hello gaes, pernah ngga kamu merasakan yang namanya stress? Misalnya stress karena urusan pekerjaan, urusan sekolah, urusan kuliah, stress karena urusan rumah tangga misal cicilan kredit telat, atau bahkan urusan cinta mungkin? Hehe. Semua orang termasuk kita, teman-teman, keluarga, bahkan tetanggamu pasti juga pernah mengalami hal yang sama. Setiap orang pasti pernah mengalami stres hanya saja levelnya mungkin berbeda, mulai dari level yang paling ringan hingga kategori level stress yang paling berat.
Baca Juga Virus Korona dan Membunuh Ketakutan
Terkadang memang masih banyak orang-orang disekitar kita yang terlalu overthinking dan menganggap semua hal sebagai masalah. Akhirnya stress melanda hingga menjadi suatu masalah besar, bisa saja berujung depresi bahkan berpotensi juga terkena gangguan mental. Namun kita bukanlah pribadi yang seperti itu, yakinilah kita adalah pribadi yang memelihara pikiran yang positif jiwa yang optimis pribadi yang berjiwa lapang juga bergembira.
By the way tahukah kamu apa itu stress? Stres berasal dari Bahasa latin “Stingere” yang berarti keras (kesukaran, kesulitan, dan penderitaan) namun juga bisa berarti kekuatan atau ketegangan. Seseorang sering kali merasa terlalu cepat takut terhadap sesuatu yang keras (kesukaran, kesulitan).
Namun jangan khawatir, ketakutan kita terhadap sesuatu pasti bisa kita atasi jika kita memelihara jiwa optimis serta memahami dan mengetahui "sesuatu" yang dianggap sebagai sumber stress itu. Bagaimanapun ketika merasa stress kita akan membutuhkan teman untuk meredakan stress kita, maka dari itu langkah pertama adalah mari kita berteman dan berdamai dengan stress itu sendiri.
Seperti yang telah kita ketahui stress merupakan respon adaptif terhadap situasi yang dianggap sebagai ancaman. Gejala umum orang terkena stress biasanya merasa khawatir, cemas, tertekan dan marah selain itu tubuh akan melepaskan hormone stress sehingga kerja jantung lebih cepat, otot menegang, tekanan darah meningkat, napas lebih cepat dan panca indra akan lebih tajam. Setiap orang memiliki pemicu stress yang berbeda.
Pemicu stress biasa disebut sebagai Stressor atau kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stress yang berasal dari luar maupun dalam tubuh. Stressor di rasakan oleh individu sebagai ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologi.
Ada 5 tingkatan stress menurut Dinda Saraswati yaitu :
1. Stess Normal : sering dialami dalam kondisi sehari hari yang alamiah
Contohnya : Kelelahan bekerja, takut tidak lulus ujian, atau bahkan takut di terror mantan (hehe).
Gejalanya jantung berdetak lebih cepat
2. Stress Ringan : Stressor dirasakan teratur dan berlangsung selama beberapa saat
Contohnya : Kemacetan, dimarahi oleh atasan atau dibentak bentak oleh kakak tingkat/senior hehe.
Gejalanya kesulitan bernapas, keringat berlebih, tremor dan bibir kering
3. Stress Sedang : stressor dirasakan selama beberapa jam atau hari
Contohnya : Berselisih dengan teman atau keluarga ataupun pacar (kalau pun punya)
Gejalanya : mudah marah, gelisah, sulit beristirahat, bereaksi berlebihan terhadap setiap situasi
4. Stress Berat : Stressor menetap berbulan bulan bahkan tahunan
Contohnya : sedang mengidap penyakit kronis atau kabur dalam masalah finansial atau skripsi :v
Gejala : sulit memiliki pemikiran yang positif, sedih, tertekan, putus asa, merasa tidak kuat beraktivitas, merasa hidup tidak bermanfaat lagi
5. Stress Sangat Berat : Stressor menetap sangat lama dan individu merasa tidak bisa mengatasinya. Tidak memiliki motivasi hidup dan cenderung pasrah. Tingkatan ini menyebabkan munculnya berbagai jenis penyakit fisik maupun psikis.
Jika sedang merasa stress, terkadang saya justru melakukan hal-hal positive seperti menggambar, menulis, mewarnai atau bahkan menyanyi. Hal yang saya rasakan ini bisa disebut Eustress atau stress positive yaitu respon bersifat sehat dan konstruktif agar bertindak untuk mencapai kemampuan beradaptasi dan meningkatkan produktivitas, namun Eustress hanya terjadi sebentar dan tidak berlangsung lama.
Baca Juga Kisah Ketulusan dan Ketaatan Ibrahim
Saya pun juga pernah merasakan Distress atau Stress Negative. Respon ini tidak sehat dan destruktif yang akan menyebabkan seseorang sakit. Kalau sedang mengalami Distress biasanya saya akan terkena batuk atau pusing. Biasanya akan membutuhkan pertolongan teman untuk sekadar bercerita, curhat ataupun mengantar berobat ke dokter.
Menurut Dr. Heidi Hanna direktur eksekutif dari American Institute of Stress ada beberapa Stress Mastery Formula yang bisa kita lakukan untuk mengatasi stress ketika gejala stress muncul dalam diri, yaitu :
1. Asses
Explore semua kemungkinan yang ada. Cari penyebab stressor muncul (Stressor tersebut negative atau positive)
2. Appreciate
Stress membantu kita belajar tentang hal baru dengan cara menerima atau mengalami Stres. Berikan reward (hadiah) untuk diri kamu jika stress dirasa berat (membeli makanan atau benda yang diinginkan)
3. Adjust
Jernihkan pikiran dan lakukan langkah kecil dengan menuliskan hal-hal tentang stress serta jangan lupa olahraga.
Berikut Tips mengatasi stress menurut Dinda Saraswati, yaitu R E C H A R G E
1. Rest : Istirahat yang cukup (7 jam setiap hari) dan jangan istirahat terlalu lama yang justru akan menyebabkan kelelahan.
2. Exercise: melakukan aktivitas tubuh (otot dan tubuh yang digunakan terus menerus akan memperbaiki metabolisme dan produksi glukosa dalam tubuh)
3. Connection: berinteraksi dengan lingkungan sekitar (tidak melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar lebih berbahaya daripada efek merokok) namun bukan berarti ketika kita stress harus merokok, poinnya adalah kita jangan mengurung diri dan tidak berinteraksi dengan sekitar.
4. Humor : temukan hal lucu dengan menonton video komedi, atau berteman dengan teman yang menurut kamu humoris (tertawa adalah obat yang baik : hormone stress atau hormone inflamasi akan berkurang, tertawa juga meningkatkan system imun tubuh)
5. Aromatherapy: temukan aroma untuk relaksasi (seperti Eucalyptus, Lavender atau Vanilla) sesuai dengan aroma kesukaan kita yang bisa membuat kita makin rileks.
6. Rhytmic Breathing: cobalah berbagai teknik pernapasan (bisa kita lihat di berbagai channel youtube)
7. Giving: memberi atau berbagi sesuatu kepada orang lain dengan kebaikan maka kebahagiaan akan meningkat
8. Elevation: merenung atau introspeksi (pikirkan tujuan hidup dan proses perjalanan hidup hingga saat di titik ini. Anggap stress sebagai anugerah yang wajar dan dimiliki semua manusia)
Tahap elevation merupakan hal yang sangat penting, kita harus sering introspeksi diri. Namun tidak dengan terus menerus menyalahkan diri sendiri, kita harus mencoba untuk berhenti menyalahkan diri sendiri. Ketika hal negative muncul di pikiran, segera bergegas mengalihkan perhatian untuk mengingat orang yang kita cintai, orang yang membutuhkan kita, dan banyak hal yang masih harus kita tempuh dalam hidup, jangan pernah putus asa dan tetap peliharalah jiwa optimis. Dengan menerima anugerah (stress) ini, kita akan menjadi lebih berkembang, menjadi medan latih kita untuk bersabar dan pengendalian diri.
Saya yakin kalian ini orang hebat gaes, optimis, mampu memecahkan masalah, dan memiliki kontrol diri dan kontrol emosi yang bagus. Tips dari saya adalah tuliskan hal –hal yang membuat kamu senang dan bersyukur dalam sebuah buku (gratitude journal).
Jika kamu sedang merasa kurang baik, maka kembalilah dan baca tulisan syukur mu itu untuk sekedar reminder, memotivasi diri dan introspeksi diri. Selamat mencoba, yang penting buka terus pikiran dan pelihara terus jiwa-jiwa positif yang optimis, mari bersyukur dengan menerima kekurangan diri, terus berjuang dan tetap bergembira!!!
Referensi :
Hanna, Heidi. 2019. https://heidihanna.com/the-stress-mastery-program/ diakses pukul 11.15 19 September 2020
Mental Health Foundation. How to Manage and Reduce Stress. https://www.mentalhealth.org.uk/publications/how-manage-and-reduce-stress diakses pukul 10.00 19 September 2020.
Saraswati, Dinda. 2020. Teknik Mengelola Stres Agar Kerja Tetap Produktif. skillacademy.com
Scott, Elizabeth. 2019. Writing in a gratitude Journal for Stress Relief. https://www.verywellmind.com/writing-in-a-gratitude-journal-for-stress-relief-3144887. Diakses pukul 11.00 19 September 2020