Dandelion dan Rumput/narasiinspirasi.com |
Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Tulungagung, 9 Juli 2020)
Tatkala sunyi menyusuri pematang
Jejak berpasir tersapu oleh ilalang
Lihatlah...
Betapa pedih perasaan dandelion
Ia sendirian tenggelam oleh lautan rumput
Koyak diterpa angin musim dingin
Serpihannya terdampar di bawah pohon
Tepian sungai di antara batu berlumut
Marahkah engkau pada batu?
Yang tak menjawab penasaranmu
Marahkah engkau pada lumut?
Yang tak mengisyaratkan arah langkahmu
Marahkah engkau pada pohon?
Yang tak meneduhkanmu?
Telaga di balik bukit akan menyambut
Naikilah sampan kecil di depanmu
Lihatlah ia telah lama berlumut
Bersandar tenang berayun gelombang
Dayunglah dengan hati yang berbunga...
Usirlah setiap jengkal rasa ragu...
Mendayunglah mengitari sekelilingnya...
Rasakan betapa angin merindumu...
Ia menghembuskan isyarat tanpa kata...
Menyatulah bersama irama sorgawi
Ritme yang menghantarkanmu,
menuju muara yang tak bertepi
Baca Juga
Puisi Malam: Eksistensi Malam Hari
Puisi Pendek: Hati Manusia Itu Kosong dan Hambar
Puisi Pendek: Hati Manusia Itu Kosong dan Hambar
Puisi Hujan: Hujan Pertama Bulan November
Puisi Rindu: Dapatkan Aku Menjadi Penghujan Diantara Kemaraumu
Puisi Inspirasi: Gubuk Lusuh dan Lesu
Puisi Rindu: Dapatkan Aku Menjadi Penghujan Diantara Kemaraumu
Puisi Inspirasi: Gubuk Lusuh dan Lesu
Puisi Sedih dan Patah Hati: Romansa Mengekang Jiwa
Puisi Tentang Politik dan Agama: Aku Mabok Agama
Puisi Pendek Tentang Perjalanan Manusia dan Alam: Di Ujung Perjalanan Yang Membelenggu
Puisi Pendek Tentang Perjalanan Manusia dan Alam: Di Ujung Perjalanan Yang Membelenggu