Jalan Semesta/narasiinspirasi.com |
Oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Kabut Malam, 11 Mei 2020)
Tanah kering bebatuan...
Nyatakanlah kesaksian
Kabarkanlah padaku...
Apakah sebuah kejahatan,
Apakah sebuah kejahatan,
Apabila memelihara rindu?
Telah kusaksikan keputusasaan
Dari tunas yang tersengat panas
Tergeletak jatuh kering dan rapuh
Telah kusaksikan keputusasaan
Dari tunas yang tersengat panas
Tergeletak jatuh kering dan rapuh
Menanti embun untuk tumbuh
Ia marah pada ranting dedaunan tua
Ia marah pada ranting dedaunan tua
Yang menyeringai dan tertawa
Pada ranggas pucuk cemara
Dulu bergantung seribu cita
Pada ranggas pucuk cemara
Dulu bergantung seribu cita
Lihatlah...
Kini ia terluka oleh samsara
Terhasut oleh lembut rayu buana
Kemudian datanglah angin
Yang membawa kabut dingin...
Kabut yang mengusik masa lalu
Membentang cakrawala rindu
Kabut yang menjelma engkau...
Rindu kala ia masih menyatu
Bersama langit dan awan biru
Terbang bebas bahagia di angkasa
Bahasa halus tentang kalbu dan dunia...
Yang menyamarkan luka semesta...
Baca Juga
Puisi Alam: Angin dan Malam
Puisi Pendek Tentang Rindu: Merindu Kembali
Puisi Pendek: Sang Pencari
Puisi Malam: Slamet dan Banyu Alam
Puisi Perjuangan: Engkau Telah Tumbuh Dewasa
Puisi Malam Dingin: Perapian Perapian Kecil
Puisi Resah: Malam Datang Bersimbah Resah
Puisi Pendek Tentang Rindu: Merindu Kembali
Puisi Pendek: Sang Pencari
Puisi Malam: Slamet dan Banyu Alam
Puisi Perjuangan: Engkau Telah Tumbuh Dewasa
Puisi Malam Dingin: Perapian Perapian Kecil
Puisi Resah: Malam Datang Bersimbah Resah
Puisi Tentang Politik dan Agama: Aku Mabok Agama