Senja Kehilangan Sinar/narasiinspirasi.com |
oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang Hujan Rintik, 18 Februari 2020)
Matahari jingga kelelahan perlahan pergi
Kegelapan berangsur menguasai bumi
Kemudian purnama redup bersinar di atas singgasana malam
Telah kutundukan rasa kasihku padamu
Yang telah lama mengendap dalam kesengsaraan
Kesengsaraan batin yang tak akan mungkin terhapus oleh hujan maupun tangisan
Aku melihat gunung membentang tinggi
Sungai mengalir jernih di antara kaki-kakinya
Angin berhembus halus di atas permukaannya
Tapi tak kutemukan kedamaian diantara keduanya
Seperti mimpi aku terbangun dalam ketakutan
Lantas bangkit untuk menertawai kenyataan
Sesungguhnya kau dan aku telah lama mati
Terpendam dalam puing reruntuhan sehingga tak lagi mampu berdiri
Aku telah lama bertanya...
Sesungguhnya apakah yang disembunyikan oleh senyum
Selain daripada bahagia, kesakitan dan kemunafikan?
Pandangan, tatapan dan ucapan
Tak lain adalah muslihat berselimut tipuan
Barangkali memang demikian yang kau kehendaki
Sehingga kesulitan membebaskan diri
Sungguh kenyataan yang ironi...
Ironi...
Baca Juga !
Puisi Malam: Eksistensi Malam Hari
Puisi Pendek: Hati Manusia Itu Kosong dan Hambar
Puisi Hujan: Hujan Pertama Bulan November
Puisi Rindu: Dapatkan Aku Menjadi Penghujan Diantara Kemaraumu
Puisi Inspirasi: Gubuk Lusuh dan Lesu
Puisi Sedih dan Patah Hati: Romansa Mengekang Jiwa
Puisi Pendek Tentang Perjalanan Manusia dan Alam: Di Ujung Perjalanan Yang Membelenggu
Narasi Inspirasi media terpercaya yang menyajikan informasi menarik seputar dunia Sastra, Sejarah, Sosial Politik, Pertanian, Peternakan dan Alam Pikir Manusia.
Narasi Inspirasi ©2020 narasiinspirasi.com