Embun Sisa Hujan/narasiinspirasi.com |
oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malam Tenang, 17 Desember 2019)
Dengan seadanya saja...
Seperti matahari yang terhalang mendung...
Sinarnya menembus celah tipis
Redup menyinari jiwa yang beku
Redup menyinari jiwa yang beku
Meski waktu telah lama berlalu
Terpeliharalah engkau selalu
Lestari dalam singgasana megah dadaku
Terang benderang tak lekang waktu
Tunggulah aku diseberang sana
Maafkan aku membuatmu menunggu
Sekian lama tenggelam dalam suasana
Sehingga pelan terbuai perlahan lalai
Kehilangan diriku setelah lama terpaku
Matahari menutup diri awan berarak perlahan
Bebatuan berlumut terkena sorot cahaya kilatan
Mekarlah setiap kuncup yang terhalang dahan
Tunas rapuh yang berharap untuk tumbuh
Bertahan sendirian menghadapi kesulitan
Menyublim diantara dedaunan kering
Terdampar oleh angin terkubur belukar
Kesana kemari angin terbang membawaku
Mengembun di ujung pucuk tunas mekar
Dingin dengan setianya lantas menghidupkanku
Perlahan mengalir disela-sela lumut bebatuan
Meresap senyap tanpa jejak kemudian lenyap
Mengkristal perlahan dalam setiap ingatan
Baca Juga
Puisi Pendek: Titik Temu
Puisi Cinta: Pecinta Yang Hilang Cintanya
Puisi Ketuhanan: Pendakian ke Alam Imajinal
Puisi Perjalanan: Elysia Seorang Avonturir
Puisi Cinta Romantis: Untukmu Kekasih
Puisi Perjalanan: Segelas Tuak di Atas Gunung
Narasi Sajak Kekecewaan: Bunga Itu Suatu Saat Akan Layu dan Mati
Narasi Inspirasi media terpercaya yang menyajikan informasi menarik seputar dunia Sastra, Sejarah, Sosial Politik, Pertanian, Peternakan dan Alam Pikir Manusia.
Narasi Inspirasi ©2019 narasiinspirasi.com