Ilustrasi Vape/kompas.com |
narasiinspirasi.com - Halo guys mungkin kamu sudah familiar dengan istilah vape dikehidupan sehari-hari, atau bahkan mungkin kamu adalah penikmat ataupun pengguna vape? Vaping beberapa tahun terakhir memang sedang trend dikalangan masyarakat khususnya generasi muda. Tapi apakah kamu tahu bahaya, dan fakta mengerikan yang tersembunyi dibalik kebiasaan vaping? Oke mari kita ulas, dampak vaping bagi kesehatan.
Seperti yang kita tahu Vape atau rokok elektrik adalah salah satu jenis dari alat hisap penghantar nikotin dengan sistem elektronik. Rokok jenis ini terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran, tetapi terdapat tiga komponen utama dalam rokok elektrik, yaitu baterai, elemen pemanas, dan tabung yang berisi cairan (cartridge). Cairan dalam tabung ini mengandung nikotin, propilen glikol atau gliserin, serta penambah rasa, seperti rasa buah-buahan dan cokelat. Beberapa rokok elektrik memiliki baterai dan cartridge yang dapat diisi ulang.
Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan cairan yang ada dalam tabung dan kemudian menghasilkan uap seperti asap yang umumnya mengandung berbagai zat kimia. Pengguna menghisap zat kimia ini langsung dari corongnya. Penggunaan rokok elektrik atau vape di Indonesia memang sedang menjadi tren beberapa tahun terakhir. Sedangkan di Amerika ratusan remaja dilaporkan mengalami penyakit paru akibat vape.
dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P (K), FISR, FAPSR, Dokter Spesialis Paru di RS Paru Persahabatan mengatakan bahwa baik asap rokok konvensional maupun uap vape sama-sama memiliki risiko terhadap sekitar. "Baik asap rokok konvensional maupun uap vape kalau terpapar terus menerus ya tetap aja bahaya. Bahayanya sama. Jadi statement tidak bahaya bagi orang sekitar ini salah," tegas dokter Agus saat dihubungi detikHealth, Senin (2/9/2019).
Tercatat terdapat 215 kasus penyakit paru yang disebabkan oleh konsumsi rokok elektrik atau vape di 25 negara bagian Amerika Serikat, sebut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS. Pasien dalam banyak kasus mengalami gejala secara bertahap termasuk kesulitan bernapas, sesak dan nyeri dada sebelum dirawat di rumah sakit. Munculnya banyak kasus kesehatan akibat vape membuat pemerintah AS menerapkan peraturan untuk melarang peredaran vape, Juni 2019 lalu. San Francisco menjadi kota pertama di negara bagian California AS yang melarang penjualan dan pembuatan rokok elektrik. Diikuti Richmond di Virginia lalu juga New York. Larangan peredaran vape ini juga dipicu karena meningkatnya jumlah perokok elektrik remaja atau di bawah umur.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), FAPSR, FISR menegaskan bahwa klaim vape lebih aman dari rokok merupakan klaim yang menyesatkan. Menurutnya, rokok konvensional maupun vape sama-sama berbahaya. "Sama seperti asap rokok konvensional, uap rokok elektrik juga mengandung partikel-partikel halus yang sifatnya iritatif dan bisa menyebabkan iritasi di saluran napas atas dan bawah. Ini meningkatkan risiko asma, infeksi saluran pernapasan akut seperti tuberculosis (TBC) dan pneumonia," tegas dr Agus.
Melansir dari liputan6.com, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono angkat bicara mengenai bahaya vape. Ia mengatakan vape memiliki risiko lebih berbahaya ketimbang rokok konvensional. "Vape risiko berbahayanya lebih banyak karena mengandung berbagai bahan kimia. Kandungan zat karsinogen (yang menyebabkan kanker) juga lebih banyak. Sama berbahayanya dengan rokok tembakau meski kandungannya bisa berbeda. Yang jelas bahan bakunya beracun," papar Anung kepada liputan.6.com
Menteri Kesehatan Nila Moeloek juga mengaku, bahaya vape memang sangat berbahaya. Pernyataan tersebut juga sesuai laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vape sama berbahaya dengan rokok tembakau, yang minimal mengandung 4.000 bahan beracun. "Saya juga sudah baca penelitian. Kalau lihat tulisan-tulisan dari luar negeri memang menyatakan vape berbahaya," tambah Menkes Nila.
Liquid Vape/google.com |
Apa yang terkandung dalam rokok elektrik (vape)?
- Dalam cairan rokok elektrik mengandung propilen glikol atau gliserin, nikotin, dan penambah rasa.
- Propilen glikol atau gliserin berfungsi untuk memproduksi uap air. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup propilen glikol dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan pada beberapa individu.
- Nikotin ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda-beda, antara 0-100 mg/ml dalam satu rokok elektrik.
- Penambah rasa, seperti rasa cokelat, vanila, buah-buahan, dan lainnya, sehingga perokok elektrik dapat menikmati sensasi rasa tertentu dalam setiap hisapannya.
- Komponen lainnya yaitu tobacco-specific nitrosamine (TSNA). TSNA merupakan senyawa karsinogen yang ditemukan dalam tembakau dan rokok tembakau. Nitrosamin dalam jumlah sedikit ditemukan dalam cairan rokok elektrik. Semakin tinggi kadar nikotin, semakin tinggi juga kadar TSNA. Selain TSNA, juga ditemukan kandungan senyawa logam, seperti kromium, nikel, dan timah.
Ingat, cairan vape pastinya mengandung nikotin. Selain itu, juga mengandung bahan dasar dan perasa. Bahan dasar ini terdiri dari propylene glycol dan vegetable glycerin yang kadarnya bervariasi.
Propylene glycol lebih cair dan berair, sedangkan vegetable glycerin lebih kental dan mempunyai rasa lebih manis. Namun, kedua bahan dasar tersebut dapat menyebabkan Anda mengalami reaksi alergi. Meskipun harganya jauh lebih mahal dibanding rokok biasa, sebenarnya vape tidak benar-benar jauh dari zat kimia berbahaya yang mengancam kesehatan jiwa dan raga.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut penjelasan beberapa bahaya vape yang perlu diwaspadai!
1. Menurunkan sistem kekebalan tubuh
Sistem Imun Melemah/doktersehat.com |
Elizabeth M. Martin, dkk, melakukan penelitian yang diterbitkan melalui University of North Carolina, Chapel Hill tentang kekebalan tubuh dan kemampuan sel-sel tubuh melawan infeksi. Penelitian ini dilakukan kepada orang perokok aktif, pengguna vape, dan bukan perokok.
Hasilnya sangat mencengangkan, bahwa perokok aktif dan pengguna vape sama-sama menunjukkan tanda-tanda berkurangnya aktivitas 594 gen yang diketahui mendukung sistem kekebalan tubuh dan melawan infeksi. Penemuan ini menjadi bukti bahwa senyawa yang ditemukan dalam cairan vape yang berfungsi untuk menciptakan uap memiliki efek imunosupresif pada tubuh.
Baca Juga Virus Korona dan Membunuh Ketakutan
2. Kandungan kimia di dalam vape menyebabkan Bronchiolitis obliterans atau "popcorn lung"
Paru-paru Bronchiolitis obliterans atau Popcorn Lung/bronchiectasisnewstoday.com |
Peneliti Harvard mengungkapkan bahwa pengguna vape beresiko mengidap penyakit Bronchiolitis obliterans atau lebih akrab disebut sebagai 'popcorn lung'. Kandungan kimia di dalam vape secara sistematis menghancurkan saluran udara paru-paru terkecil. Jangan dianggap sepele, karena satu-satunya cara mengatasi penyakit ini dengan transplantasi paru-paru.
3. Vape dapat meledak karena pemanasan berlebih
Ledakan dapat terjadi karena pemanasan berlebih dari baterai lithium ion yang digunakan untuk menggerakkan vape. Ledakan ini berbahaya dan dapat membunuh. Kenneth Barbero dari Albany adalah salah satu korban ledakan vape dan mengalami luka parah. Dalam sebuah wawancara, Kenneth menjelaskan bahwa ledakan itu merobek lidahnya, tangannya yang mengalami luka bakar dan beberapa giginya hilang.
Tes laboratorium FDA menemukan bahwa ditemukan kandungan nikotin yang besarnya tidak sesuai pada label katrid isi ulang. Jadi meskipun pada katrid vape tertulis "nicotin-free", belum tentu benar-benar bebas nikotin, karena kandungan nikotin yang membuat kecanduan itu ada pada katrid isi ulang.
5. Berbagai kasus keracunan anak terjadi karena vape
Vape Berbahaya Bagi Anak/mobilise.info |
Cairan vape mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi anak-anak. Kandungan nikotin cair di dalamnya sangat tinggi. Efek sampingnya bisa membuat otot berkedut, detak jantung meningkat, muntah, dan berkeringat. Bahkan apabila cairan terkena kulit, bisa menyebabkan sensasi terbakar.
6. Kandungan logam dalam asap vape sama besar bahkan lebih dari asap rokok tradisional
Asap Vape/doktersehat.com |
Sebuah penelitian menemukan bahwa logam seperti timah, nikel, perak, besi, aluminium, silikat, dan kromium terkandung dalam asap vape dalam jumlah yang sama bahkan lebih besar dari yang ditemukan dalam asap rokok tradisional. Partikel-partikel tersebut dapat merusak sistem pernapasan, menimbulkan risiko kanker, dan pertumbuhan sel yang abnormal.
7. Sebagian besar bahan Vape juga mengandung Formaldehid, bahan pengawet di kamar jenazah
Formaldehyde atau Formalin/amazon.com |
Seorang profesor kimia dan teknik di Portland State University di Oregon menemukan adanya formaldehid dalam cairan vape. Formaldehid adalah bahan pembuatan lem dan alat perekat, pelapis produk kertas dan bahan bangunan, bahkan sebagai bahan pengawet di kamar jenazah dan laboratorium medis.
8. Risiko terkena penyakit pneumonia lipoid
Tryston Zohfeld, remaja Texas Koma Setelah Mengalami Permasalahan Paru Karena Kebiasaan Vaping/10tv.com |
Seorang wanita berusia 42 tahun terkena pneumonia lipoid saat baru saja menjadi pengguna vape. Kasus ini disebabkan oleh reaksi peradangan terhadap keberadaan zat lipid di paru-paru, atau timbunan lemak yang ditemukan di jaringan paru-paru. Dokter mengatakan bahwa itu semua ada hubungannya dengan minyak berbasis gliserin yang ditemukan dalam vape. Setelah berhenti menggunakan vape, kondisi pernapasannya membaik.
9. Picu penyakit paru
Paru-paru Bermasalah Karena Vape/newyorkpost.com |
Vitamin E asetat kimia yang terkandung dalam vape dicurigai jadi penyebab penyakit paru-paru yang berujung kematian. Melansir CNN Rabu (11/9), enam orang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit paru yang terkait dengan kebiasaan vaping.
Baca Juga Kisah Ketulusan dan Ketaatan Ibrahim
10. Mengandung senyawa mirip formalin
Mengutip Science Daily, sejumlah penelitian menemukan adanya kimia aldehida, yaitu kimia sejenis formaldehida yang diketahui menyebabkan kanker pada manusia, ditemukan dalam emisi vape.
Remaja di AS mengalami permasalahan Paru karena Vaping/hipwee.com |
Penelitian yang dilakukan Desert Research Institute (DRI) dan University of Nevada menunjukkan bahwa sejumlah besar bahan kimia penyebab kanker seperti formaldehida diserap oleh saluran pernapasan selama sesi vaping.
11. Vape Tidak mendapat izin resmi
Dood and Drugs Administration/Quoracdn.net |
Meski diklaim sebagai cara untuk membantu Anda berhenti merokok, kehadiran vape ternyata belum mendapat persetujuan Food and Drug Administration (FDA) sebagai perangkat untuk 'menyembuhkan' kecanduan merokok. "Anda bahkan membiarkan diri Anda untuk terpapar zat yang tidak diketahui keamanannya dan mungkin bisa sangat berbahaya," tutur Blaha.
12. Berpotensi meledak
Andrew Hall asal Pocatello, Idaho – USA menjadi korban dari ledakan Vape |
Seorang remaja berusia 12 tahun di Nevada, Amerika Serikat, mengalami pendarahan mulut, gigi patah, dan lubang di bagian rahang akibat vape yang meledak. Korban harus menjalani prosedur operasi untuk memperbaiki tulang rahang yang hancur.
"Orang-orang perlu tahu bahwa perangkat ini bisa meledak, bahkan di wajah Anda," ujar dr Katie Russel, yang menangani kasus tersebut di Primary Children's Hospital, melansir CNN.
13. Menciptakan candu baru
Vape Menjadi Candu Baru/vapedash |
Pada 2015, ahli bedah umum AS melaporkan bahwa penggunaan vape di kalangan siswa sekolah menengah telah meningkat 900 persen. Sebanyak 40 persen pengguna vape bahkan tidak pernah merokok tembakau biasa. Menurut Blaha, ada tiga alasan mengapa vape mungkin sangat menarik bagi kawula muda dan membentuk sebuah candu baru.
Alasan pertama ialah anggapan bahwa vape lebih sehat karena mengandung vitamin dan perasa sari buah. Lalu, biaya untuk menghisap vape tergolong lebih murah ketimbang rokok konvensional. Ketiga, bau asap vape yang wangi serta tampilan yang trendi, juga membuat mengguna vape terlihat bergengsi. Padahal, ini tak sebaik apa yang dikira.
14. Konsumsi dua rokok sekaligus
Ilustrasi Rokok dan Vape/vapingdaily.com |
Sebuah studi baru menemukan bahwa kebanyakan orang yang menggunakan vape untuk menghentikan candu nikotin, justru terjebak dalam penggunaan keduanya. Sehingga tak sedikit orang yang kini terjebak dalam risiko kesehatan akibat rokok konvensional sekaligus vape.
15. Rokok tembakau modern
Ilustrasi Vape/google.com |
Vape kini berkembang menjadi generasi baru rokok tembakau karena ditemukan mengandung nikotin, termasuk ganja bahkan mariyuana. Nikotin sendiri memiliki efek candung yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan seseorang terkena serangan jantung, stroke, dan kanker.
Referensi:
https://www.liputan6.com/health/read/4059693/banyak-zat-karsinogen-kemenkes-risiko-vape-lebih-berbahaya
https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/vape-rokok-elektrik/
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190912113021-255-429852/7-bahaya-vape-candu-hingga-penyakit-paru
https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/4064873/kemenkes-vape-lebih-bahaya-dibanding-rokok-konvensional
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4696244/kemenko-pmk-sebut-who-telah-peringatkan-soal-bahaya-vape
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4703698/kematian-mencapai-6-kasus-pemerintah-as-akan-larang-vape-beredar
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190908101655-4-97859/penyakit-paru-paru-misterius-telan-korban-jiwa-gegara-vape
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4697573/terus-bertambah-kematian-diduga-terkait-vape-di-as-mencapai-5-kasus