Slamet dan Banyu Alam
oleh
Fajar RW (Malang, 07 Juni 2018)
Apakah yang sebenarnya dirindukan malam,
Sehingga dia tak kunjung lelap?
Desir pasir angin pagi...
Saat menggesek daun rerumputan sawah...
Ah sudahlah Slamet...
Aku dan kau tidaklah mungkin paham
Bagaimana pagi sunyi di tepian sawah...
Lebih baik kau tuang saja banyu alam mu itu
Berurutan sesuai abjad...
Biar kuteguk nikmat mesranya...
Hingga hangatnya mengusir dingin
Kala berenang renang di telaga nirmala
Agar hati dan perasaanmu tak lagi beku
Slamet...
Seperti apakah jiwa manusia yang berenang di telaga nirmala?
Tangan mu akan mengayuh
Berusaha meraih, semua yang didekatmu
Kayu yang mengapung, serta rerantingan
Seperti akar liar yang merambat pada batang kelapa
Hanya berpegangan pada perasaan
Demikianlah Slamet...
Para pendaki puncak impian
Hanya hati dan perasaanmu sebagai penuntunnya...
Baca Juga
Puisi Penghianatan dan Sajak Patah Hati: Mungkin Semua Butuh Jeda
Puisi Ditolak Cinta: Pelangi Diantara Hujan
Puisi Alam: Tertawalah dan Campakkan Kepedihanmu
Puisi Sedih: Sepertiga Malam
Puisi Pendek Perenungan: Dialog Rumput Kering
Puisi Malam: Malam di Ujung Kabut
Puisi Filsafati: Langit Menaungi Ketelanjangan