Emosi, Kesombongan dan Kebodohan
Oleh
Fajar RW (Atap Kos Dini Hari Sunyi, 20 Mei 2017)
Pernah mendengar ungkapan orang yang paling kuat adalah orang yang mampu bersabar?
Ya benar sekali karena orang orang yang mampu bersabar merupakan orang orang yang mampu menahan hawa nafsunya, dia lah orang orang yang kuat secara tindakan dan mental. Seringkali emosi, amarah dan hawa nafsu mendorong manusia untuk bertindak secara tidak logis karena logika berfikir yang tidak lagi jernih.
Apa itu emosi?
Menurut KBBI emosi adalah luapan perasaan yang berkembang meluap dan surut dalam waktu singkat dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis (gembira, sedih, suka, duka, marah bahkan cinta) dan cenderung subjektif.
Ini merupakan wilayah kejernihan logika dalam berfikir. Berpikir dengan kerendahan hati.
Bertanya dan sabar sangat penting untuk mendapatkan simpul-simpul pemahaman yang benar. Orang yang gagal dalam pemahaman lebih mengedepankan emosi yakni berupa kesombongan.
Karena dipenuhi amarah dan merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dan nasehat dari orang lain.
Mereka tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham.
Orang semakin paham akan semakin membumi dan merendah.
Dia mau menerima ilmu, darimana-pun ilmu itu datangnya.
Dia tidak melihat siapa yang bicara dari bandit, orang brengsek, penjahat, kyai, ulama, pendeta sampai orang gila, tetapi dia melihat merasakan, apa itu sebuah kebenaran.
Ilmu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya.
Orang yang emosi dan gagal paham itu seperti balon gas yang berada di atas awan.
Dia terbang tinggi dengan kesombongannya,
Memandang rendah tentang ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya,
Dan merasa akulah kebenaran !!!
Masalahnya, dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak. Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti. Akhirnya dia terbawa ke-mana-mana sampai terlupa jalan pulang , dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongan dan emosinya.
Jadi yang perlu diingat,
akal akan berfungsi dengan benar, ketika hatimu merendah. Ketika hatimu meninggi dipenuhi emosi maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal.
Ternyata di situlah kuncinya. Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya, tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar.
Tulisan ini merupakan refleksi untuk saya sendiri, sebagai pengingat bahwa kita tidaklah mutlak selalu benar, dan mengingatkan agar kita selalu mawas diri, sekaligus sebagai pengingat kepada teman teman diluar sana agar selalu bijak dalam mengikhtiarkan sesuatu.