Semut, Tiang Bendera dan Pisang Goreng
oleh
Fajar R. Wirasandjaya
(Malang, 08 November 2016)
Apa yang semut semut sedang cari?
Berbaris rapi berduyun tanpa henti
Mengelilingi tiang bendera yang munafik angkuh berdiri
Bulan sabit perak silau purnama menanti
Tenang saja, jangan engkau berburuk hati
Ini hanya sajak tentang pisang goreng yang empuk renyah berisi
Sebuah nikmat Tuhan hasil daripada karya buah tangan
Di kala embun turun pasca hujan
Makan pisang goreng ditengah gerimis
Bersama kopi hitam agak manis
Irama nya saja yang terkesan agak mengiris
Memandang rumput rumput hijaumu itu indah
Damai melengkung sampai melengking
Aku teringat kembali pisang goreng ku
Ah kau tampak coklat kekuningan dan kaku
Izinkan aku menjamahmu dengan cinta
Perasaan suci yang tanpa prasangka
Izinkan aku menikmatimu malam ini saja
Kuelus pelan hangat tubuh mulusmu
Secuil demi secuil...
Tanpa pkiran pikiran tengil nan dekil
Tanganku mulai bergerilya dan meraba raba
Ah santai saja kamu tak perlu risau
Tak ada lagi pisau apalagi sianida diantara kita
Pisang gorengku telah dingin ia tertiup angin
Tak tega jika kubiarkan tergeletak saja
Mata mata dewa mengerling mulai curiga
Mengintip dari spion senja
Apakah gerangan maksudnya?
Inilah sajak pisang goreng
Pasca gerimis di atas loteng
Fajar R.W, Malang 07 Nov 2016
(Kumpulan Karya Pribumi Semesta Memuja)