Cethe Tulungagung
narasiinspirasi.com - Tulungagung, ya siapa yang tidak tahu Tulungagung kota di pesisir pantai selatan Jawa Timur, kota kecil berjuluk Kota Marmer dengan berbagai potensi wisata di wilayahnya. Tulungagung dinobatkan sebagai kota dengan jumlah warung kopi terbanyak di Indonesia. Banyak budaya yang menarik di Tulungagung salah satunya adalah "Nyethe Rokok" di warung kopi.
Budaya cethe ini, turun-temurun dari dahulu. Dan kini budaya ini telah menjalar ke kota-kota lain yang berada di dekat kota Tulungagung. Bisa dibilang sangat unik, karena budaya ini menggambar di atas rokok, dengan menggunakan ampas kopi. Biasanya ampas kopi di campur dengan susu untuk membuat suatu motif yang detail.
Sebagian besar warung kopi yang dibuka, menyajikan kopi khas Tulungagung, bukan kopi instan layaknya di kota kota besar lainya dengan harga berkali kali lipat. Cuma dengan Rp 2000,- atau Rp 3000,- anda sudah bisa menikmati secangkir kopi enak dengan cita rasa yang berkualitas . Di kota Tulungagung anda akan menjumpai kopi khas Tulungagung yang biasa disebut Kopi Ijo, kopi ini hanya bisa anda jumpai di wilayah Tulungagung. Kopi ijo bukan kopi jenis baru layaknya kopi arabika atau robusta melainkan kopi dari sekitaran kawasan Tulungagung yang ditumbuk halus dan diolah dengan cara khusus.
Beda Kopi Ijo dan Kopi Biasa
Ngopi dan Nyethe itu adalah budaya wajib saat anda mampir atau singgah di Tulungagung. Budaya ngopi ini harus tetap dilestarikan sepanjang masa banyak hal positive yang kita dapat selain sebagai ajang silaturahmi nambah seduluran. Ngopi dan nyethe merupakan khasanah budaya bangsa sebagai ajang berkreativitas seni tinggi melukis dengan ampas kopi di batang rokok hehehe.
Kalangan anak muda Tulungagung sangat akrab dengan cethe, karena biasanya ketika anak muda Tulungagung ngopi tidak ada cethe kurang asik. Begitu pengakuan salah satu pemuda penikmat cethe.
 |
Prosesi Nyethe Rokok
|
 |
Ampas Kopi Untuk Nyethe
|
 |
Rokok Yang Telah Dicethe
|
Sekian ulasan kami semoga bermanfaat guys. Jangan lupa mampir kembali.
