narasiinspirasi.com - Masyarakat Indonesia sangat akrab dengan rupiah karena merupakan alat tukar yang sah dan diakui di Indonesia. Namun tahukah kita sejarah menarik tentang asal usul mata uang rupiah? Jika belum, mari kita gali lebih dalam tentang sejarah asal usul mata uang rupiah ini.
Rupiah nama ini berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Rupyah yang berarti perak tempaan. Mungkin juga ada hubunganya dengan mata uang india, yaitu Rupee. Sebelumnya rakyat menggunakan gulden Belanda dari tahun 1610 sampai tahun 1817. Sampai kemudian Gulden Hindia-Belanda diperkenalkan.
Rupiah merupakan mata uang resmi Indonesia. Nama rupiah biasanya dikaitkan oleh banyak pihak sebagai pelafalan dari ”rupee” mata uang India, namun sebenarnya menurut Adi Pratomo, salah satu peneliti sejarah uang Indonesia, rupiah diambil dari kata rupia dalam bahasa Mongolia. Rupia sendiri berarti perak.
Memang sama dengan arti rupee, namun rupiah sendiri merupakan pelafalan asli Indonesia karena adanya penambahan huruf ’h’ di akhir kata rupia, sangat khas sebagai pelafalan orang-orang Jawa. Hal ini sedikit berbeda dengan banyak anggapan bahwa rupiah adalah salah satu unit turunan dari mata uang India. Rupee India sebenarnya juga dapat dikatakan sebagai turunan dari kata rupia itu sendiri, dengan begitu rupiah Indonesia memiliki tingkatan yang sama bukan sebagai unit turunan dari mata uang India tersebut.
Uang Rupiah Kuno/narasiinspirasi.com |
Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia belum menggunakan mata uang rupiah namun menggunakan mata uang resmi yang dikenal sebagai ORI.. ORI memiliki jangka waktu peredaran di Indonesia selama 4 tahun, ORI sudah mulai digunakan semenjak 1945-1949. Namun penggunaan ORI secara sah baru dimulai semenjak diresmikannya mata uang ini oleh pemerintah sebagai mata uang Indonesia pada 30 Oktober 1946.
ORI pada masa awal tersebut dicetak oleh Percetakan Canisius dengan bentuk dan disain yang sangat sederhana dan menggunakan pengaman serat halus. Bahkan dapat dikatakan ORI pada masa tersebut merupakan mata uang yang sangat sederhana, seadanya, dan cenderung berkualitas kurang, apalagi jika dibandingkan dengan mata uang lainnya yang beredar di Indonesia.
Pada masa awal kemerdekaan tersebut ORI beredar luas di masyarakat meskipun uang ini hanya dicetak di Yogyakarta saja. ORI sedikitnya sudah dicetak sebanyak lima kali dalam jangka waktu empat tahun antara lain, cetakan I pada 17 Oktober 1945, seri II pada 1 Januari 1947, seri III dikeluarkan pada 26 Juli 1947. Pada masa itu ORI merupakan mata uang yang memiliki nilai yang sangat murah jika dibandingkan dengan uang-uang yang dikeluarkan oleh de Javasche Bank. Padahal uang ORI adalah uang langka yang semestinya bernilai tinggi.
Ada banyak keraguan sebenarnya mengenai bagaimana tepatnya mata uang ini mulai ada dan dipakai sebagai mata uang resmi. Pada masa setelah diresmikannya rupiah masih ada satu bentuk mata uang yang sempat dipakai di Indonesia.
Mata uang ini adalah mata uang yang dikeluarkan pada masa RIS yang dikenal sebagai mata uang RIS. Mata uang ini masuk dalam sejarah perkembangan mata uang Indonesia sebagai pengganti sementara Rupiah.
Setelah masa RIS berakhir mata uang Indonesia kembali menjadi rupiah, namun tidak ada sumber pasti yang menyebutkan mengenai waktu transisi secara tepat dari mata uang RIS ke mata uang rupiah ini. Setelah masa RIS tersebut rupiah mulai dipakai secara umum dan mulai banyak mengalami perkembangan dan penyempurnaan.
Sebagai mata uang resmi Indonesia, rupiah kemudian dikeluarkan dan dikontrol oleh Bank Indonesia. Terlebih lagi semenjak Bank Indonesia secara resmi dijadikan bank central dan diberi kewenangan penuh untuk mengatur perbankan negara pada 1 Juli 1953.
Rupiah kemudian diberi kode atau simbol yang digunakan pada semua pecahan uang kertas dan uang logam berupa Rp dan diakui oleh semua pihak. Rupiah sendiri tidak secara langsung dapat tersebar secara merata di bumi Indonesia. Persebaran mata uang ini tidak begitu merata secara cepat.
Misalnya saja, daerah kepulauan Riau dan Papua baru menggunakan mata uang rupiah pada tahun 1964 dan 1971. Semenjak dipakainya rupiah sebagai mata uang resmi, rupiah berulang kali mengalami pergolakan.
|
Uang kuno Indonesia pecahan Rp. 25,- (dua puluh lima rupiah) keluaran 1 Djanuari 1959 cetakan Thomas de la Rue & Company Limited
Devaluasi dan Pemangkasan merupakan hal yang selalu menghiasi perkembangan rupiah. Devaluasi terjadi pada beberapa periode misalnya saja pada 7 Maret 1946, 20 September 1949 ,Februari 1952 ,September 1959, akhir Januari 1963 dan tahun 1964. Pemangkasan nilai rupiah juga tejadi pada rupiah antara lain terjadi pada 25 Agustus 1959 dan 29 Maret 1983.
Perubahan-perubahan tampilan, nilai mata uang, bentuk, dan warna pun mewarnai perkembangan mata uang resmi Indonesia ini. Mulai dari ORI yang bentuk, gambar, cetakan, dan kertasnya memiliki kualitas yang buruk hingga kini uang-uang kertas telah memiliki bentuk dan tampilan yang mewah dan rapi.
Rupiah sudah mengalami banyak sekali masa-masa seiring berkembangnya bangsa ini. Rupiah juga berkembang mengikuti perkembangan masa di Indonesia. Ia sempat tidak dianggap sebagai mata uang resmi ketika ORI menjadi mata uang yang diresmikan pemerintah, ia juga sempat tergantikan oleh mata uang RIS.
Namun pada hakikatnya seluruh mata uang tersebut sebenarnya merupakan sejarah dari rupiah itu sendiri sebagai sebuah mata uang resmi Indonesia. Sudah banyak pahlawan, daerah nusantara, dan kebudayaan yang tergambar di mata uang rupiah.
Sudah banyak seri yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengganti, memperbaiki, dan menyempurnakan mata uang kebanggan negara ini. Bagaimanapun, rupiah merupakan sebuah cermin dari bangsa Indonesia. Ketika mendengar kata rupiah, hal yang langsung terpikirkan adalah Indonesia, jelas karena rupiah adalah milik Indonesia saja dan tidak ada negara lain yang memiliki rupiah. Sebagai salah satu kebangaan negara, sudah semestinya rupiah juga dijunjung tinggi. Rupiah sudah selayaknya diakui, dibanggakan, dan dijaga oleh setiap warga negara Indonesia.
|
"Kenapa uang diebut juga Duit?", hal ini yang jarang diperhatikan orang-orang. Dikota-kota besar di indonesia sering mengunakan istilah Duit untuk menyebut Uang, terutama di pulau jawa. Kemungkinan besar istilah iniberasal dari kata "DOIT", yakni sebutan uang receh kuno Eropa dari abad XIV.
Doit pada awalnya dibuat dari bahan perak dengan nilai tukar =1/8 Stuiver. kalau 1 Gulden pada abad XIV senilai 20 Stuiver, maka 1 Gulden senilai dengan 160 Doit. Doit menjadi satuan uang terkecil di negeri Belanda seperti halnya Penny Di Inggris. selanjutnya pada tahun 1573 Doit dibuat dari bahan tembaga.
Doit masuk ke kepulauan Nusantara sejak 1726. Semula Doit yang beredar di Nusantara harus didatangkan dari negeri Belanda. Ketika pengiriman dengan kapal sering mengalami hambatan, sedangkan kebuthan akan uang kecil in iterus meningkat, terutama untuk gaji pegawai.
Akhirnya pemerintah Belanda mengizinkan VOC untuk menempanya sendiri di Batavia dan Surabaya. Doit yang Dibuat Di Nusantara itu sendiri ada dua Jenis. Doit yang pertama terbuat dari bahan tembaga dengan ciri-ciri berbentuk bundar, berwarna coklat tanah, bertuliskan JAVA dan angka tahun pembuatan. Karena itu jenis ini sering disebut Javanese Doit.
|
Doit jenis kedua terbuat dari bahan timah berkadar 100%, bentuknya bundar, memiliki berat 6,18 gram, pada sisi muka bagian atas ada inisial LN dan lambang VOC , sedangkan sisi belakangnya terdapat tulisan Arab Melayu berbunyi Duyit dan juga tahun pembuatannya. Doit jenis ini memang sering disebut Duyit.
Kedua jenis ini mudah dipalsukan dan juga sering menghilang dari peredaran karena timahnya dilebur orang ketika harga timah nya naik. lama kelamaan istilah Doit dan Duyit ini menjadi populer di dalam masyarakat Nusantara sebagai Duit. Begitulah mengapa kita sering menyebut uang sebagai Duit. Semoga bermanfaat.